Kemacetan merupakan hal yang lazim ditemui di kota-kota besar di Indonesia. Berdasarkan rilis hasil survei Asian Development Bank (ADB) pada Oktober 2019 silam mencengangkan banyak pihak. Kota Bandung adalah kota termacet ke-14 se-Asia, di atas ibu kota negara Jakarta yang berada di urutan ke-17.
Banyak faktor penyebab kemacetan di Kota Bandung. Pertama, tidak berimbangnya pertumbuhan infrastruktur dengan pertambahan mobilisasi orang atau kendaraan. Kedua, Bandung sebagai destinasi wisata populer juga menjadi magnet tingginya kunjungan wisatawan domestik serta internasional untuk menikmati kuliner, fashion, pertunjukan kreatif, dan rekreasi. Terutama di akhir pekan, tingginya animo masyarakat menyebabkan kemacetan hampir di setiap ruas jalan di Bandung.
Tambah lagi, sektor ekonomi, pendidikan, kuliner, teknologi, hingga industri kreatif di Bandung saat ini juga membuat para pencari hunian maupun investor makin banyak melirik Bandung sebagai titik investasi properti. Sektor pendidikan bisa dibilang berperan besar dalam menstimulus pertumbuhan pasar properti subsektor residensial di Bandung. Itu sebabnya pembeli properti residensial tidak hanya datang dari Bandung.
Infrastruktur Bandung Komplet
Ya, warga Jabodetabek yang memiliki daya beli lebih tinggi kini juga mulai mengincar Bandung. Alasannya simpel karena infrastruktur Bandung sudah cukup baik dan terbilang komplet. Sebut saja jembatan Pasupati yang dibangun pada 2005 yang ditujukan untuk mengurangi kemacetan di pusat kota, plus sebagai landmark baru bagi kota ini. Jembatan dengan panjangnya 2,8 km ini dibangun pada kawasan lembah serta melintasi Cikapundung dan dapat menghubungkan poros barat ke timur di wilayah utara kota Bandung.
Untuk urusan transportasi massal terdapat terminal bus antarkota dan provinsi seperti terminal Leuwipanjang untuk rute barat dan terminal Cicaheum untuk rute timur. Travel point to point antara Bandung-Jakarta memiliki pool masing-masing, tetapi semua travel memiliki juga pool di Terusan Pasteur, jalan menuju tol Bandung-Jakarta.
Selain itu ada juga TMB (Trans Metro Bandung). TMB ini merupakan proyek patungan antara Pemerintah Kota Bandung dan Perum II DAMRI Bandung untuk memberikan layanan transportasi massal dengan harga murah, fasilitas dan kenyamanan yang terjamin, serta tepat waktu ke tujuan.
Ada juga Bandara Husein Sastranegara yang menghubungkan kota ini dengan beberapa kota-kota lainnya di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Denpasar, Manado, Yogyakarta, Batam, Mataram, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Pangkalpinang, Semarang, dan Medan. Sementara untuk rute luar negeri diantaranya Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.
Kota ini juga punya stasiun kereta api yang setiap harinya melayani rute dari dan ke Jakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Blitar, Purwokerto, dan Yogyakarta. Stasiun Bandung untuk kelas bisnis dan eksekutif, sedangkan Stasiun Kiaracondong melayani rute yang sama untuk kelas ekonomi. Selain 2 stasiun tersebut, terdapat 5 stasiun KA lain, seperti Gedebage (khusus peti kemas), Cimindi, Andir, Ciroyom, dan Cikudapateuh.
Sejumlah proyek infrastruktur Bandung yang menghubungkannya dengan Jakarta tentunya juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi perkembangan pasar properti residensial di Bandung. Misalnya, tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang) yang hanya berjarak sekitar 150 km dari Jakarta dengan waktu tempuh antara 1,5 jam sampai dengan 2 jam. Jalan tol ini merupakan pengembangan dari jalan tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi) yang sudah dibangun sebelumnya. Sebelumnya, Jakarta–Bandung berjarak sekitar 180 km dari Jakarta jika melalui Cianjur, Puncak, dan Bogor.
Infrastruktur Bandung Terbaru
Pembangunan tol layang (elevated) Jakarta-Cikampek mempercepat perjalanan dari Jakarta ke Bandung dan sebaliknya dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam saja. Kemudian, progres pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 64,4% dan ditargetkan rampung tahun 2022. Terkini, 5 terowongan dari 13 tunnel sudah berhasil ditembus hingga area perbukitan di Kabupaten Bandung Barat.
Di dalam kota, akses infrastruktur baru lainnya adalah rencana Bandung Urban Mobility Project yang digagas Pemerintah Kota Bandung. Sebut saja Light Rail Transit (LRT) Metro Kapsul Kebonjati-Tegallega sejauh 6 kilometer dan cable car. Ada pula proyek Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) sejauh 27 km dari Pasteur sampai Ujungberung. Juga, rencana pembangunan stasiun LRT dalam kawasan Podomoro Park Bandung.
Sementara tol Soreang–Pasirkoja (Soroja) yang diresmikan Presiden Joko Widodo membawa banyak dampak positif bagi kemajuan kota berjuluk Paris van Java ini. Pengoperasian jalan tol Soroja ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Bandung Selatan, khususnya warga Soreang hingga Pataruman, Kopo, dan Margaasih.
Keberadaan jalan bebas hambatan sepanjang 10,6 kilometer itu berhasil memangkas jarak tempuh Bandung Selatan dengan Kota Bandung. Seperti diungkapkan Presiden RI Joko Widodo saat peresmian, tol Soroja memungkinkan perjalanan dari Kota Bandung menuju Soreang atau sebaliknya hanya butuh waktu 12 menit saja.
Padahal sebelum ada tol, perlu waktu tempuh sampai 1,5 jam. Imbasnya, konektivitas dan mobilitas sektor ekonomi dari dan menuju Bandung Selatan kini semakin tinggi. Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Barat Agung Suryamal memperkirakan kondisi tersebut mengerek perekonomian Bandung Selatan hingga 30%.
Untuk penanganan banjir, pembangunan infrastruktur pengendali banjir di Bandung Selatan diharapkan dapat mengurangi risiko banjir, yaitu Terowongan Nanjung, Embung Gedebage, Kolam Retensi Cieunteung, dan Floodway Cisangkuy.
Gencarnya infrastruktur Bandung yang membuat waktu tempuh semakin efektif ini tentunya mendongkrak kunjungan wisatawan ke Bandung. Bahkan, pertumbuhan sektor properti di Bandung turut meroket, khususnya dipicu oleh kawasan hunian resort Podomoro Park Bandung.