Oleh : Rionimus Imanuel Nahak
(Juara Harapan 3 Podomoro Park’s Writing Competition 2021)
Eksploitasi terhadap alam saat ini masih terus terjadi. Akibatnya, di mana-mana terjadi banyak persoalan berkaitan dengan ekologi. Bencana alam terjadi di mana-mana. Hal yang paling berbahaya adalah menipisnya lapisan ozon yang mengakibatkan pemanasan global. Setiap tahun panas bumi terus meningkat. “Pemanasan global terjadi dua kali lebih besar di kota besar. Hal ini bisa membuat orang stres akibat kepanasan. Jika pemanasan global terus meningkat terjadi di kota besar maka akan membuat lebih dari 350 juta lebih orang pada tahun 2050 kepanasan.”
Pada pekan pertama Agustus 2021, Panel Iklim PBB (IPCC) mengingatkan bahwa dunia pasti akan menghadapi gangguan iklim selama beberapa dekade atau mungkin berabad-abad ke depan. Ini tanda bahwa pemanasan global hampir tidak terkendali. Menurut IPCC penyebab persoalan ini adalah manusia. Bencana-bencana alam seperti gelombang panas mematikan, angin topan dalam skala besar, dan cuaca ekstrem lain yang sudah terjadi, diperkirakan akan menjadi lebih parah. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menggambarkan laporan ini sebagai kode merah untuk kemanusiaan atau code red for humanity.
Dalam keadaan yang demikian pembangunan gedung-gedung yang mengeksploitasi alam masih terus dilakukan. Orang membangun tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi di alam. Pembangunan dengan cara demikian tentunya sangat membahayakan ekologi. Orang-orang lebih memikirkan tentang diri sendiri dibandingkkan memikirkan tentang alam. Ini adalah antroposentrisme radikal. Kesadaran akan kosmosentris menjadi sangat lemah. Hal ini adalah bentuk penghancuran terhadap bumi.
Berdasarkan laporan ini kita bisa menyimpulkan bahwa bumi kita sedang berada dalam krisis. Kebutuhan manusia menyebabkan lingkungan dikorbankan. Manusia kurang menyadari bahwa antara manusia dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik. Lingkungan mempengaruhi hidup manusia dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya. Manusia ada dalam lingkungan hidup dan tidak dapat terpisahkan dari padanya. Dengan demikian lingkungan hidup menjadi bagian penting dari manusia. Orang sering meyebut bahwa manusia adalah mikro kosmos sedangkan lingkuang hidup (bumi) adalah makro kosmos.
Jika hal ini masih terus terjadi maka pertanyaan yang muncul adalah bumi seperti apa yang mau kita wariskan untuk generasi setelah kita? Haruskah generasi selanjutnya menderita karena ulah kita? Bukankah mereka juga harus menerima warisan bumi yang damai?
Green Economy (Ekonomi Hijau)
Paradigma ekonomi yang menginternalisasi persoalan lingkungan dalam perkembangan sistem ekonomi merupakan konsep green economy atau ekonomi hijau. Sebuah kemajuan ekonomi bukan hanya kemajuan ekonomi fisik dan sosial saja yang dipertimbangkan melainkan keterlibatan keberlanjutan aspek ekologis (lingkungan). Saat ini manusia harus memberikan perhatian khusus kepada alam.
Menurut UNEP, anggota tim PBB yang bertanggung jawab untuk lingkungan hidup, ekonomi hijau merupakan keadaan perekonomian di mana karbon rendah, hemat sumber daya dan inklusif secara sosial. Dalam ekonomi hijau, pertumbuhan lapangan kerja dan pendapatan didorong oleh investasi publik dan swasta ke dalam kegiatan ekonomi, infrastruktur dan aset yang memungkinkan pengurangan emisi karbon dan polusi, peningkatan efisiensi energi dan sumber daya, dan pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem. Ekonomi hijau adalah perekonomian yang rendah karbon atau tidak menghasilkan emisi dan polusi bagi lingkungan, hemat sumber daya alam, berkeadilan sosial.
Di sini PBB mempromosikan jalur pembangunan yang memahami modal alam sebagai aset, ekonomi kritis, dan sumber manfaat publik. Orang-orang miskin menjadi fokus perhatian karena mata pencaharian mereka bergantung pada sumber daya alam. Gagasan ekonomi hijau tidak menggantikan pembangunan berkelanjutan, tetapi menciptakan fokus baru pada ekonomi, investasi, modal, infrastruktur, pekerjaan, keterampilan, hasil sosial dan lingkungan yang positif. Eksploitasi alam dihindari. Pembangunan tetap dilakukan tetapi tidak mengorbankan alam.
Peran ekonomi hijau adalah demi konsumsi berkelanjutan dan produksi berkelanjutan dan efisiensi sumber daya. Konsumsi dan produksi berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan proses produksi dan praktik konsumsi namun tetap mengurangi konsumsi sumber daya alam, pembangkitan limbah. Sementara efisiensi sumber daya mengacu pada cara-cara di mana sumber daya digunakan untuk memberikan nilai kepada masyarakat dan bertujuan untuk mengurangi jumlah sumber daya alam yang dibutuhkan dan limbah. Dengan konsep ekonomi hijau maka alam akan tetap dijaga. Segala pembangunan tidak merusak alam. Hal ini merupakan bentuk tanggung jawab manusia untuk menjaga dan melestraikan bumi tanpa ada yang dikorbankan.
Pada Konferensi Pembangunan Rendah Karbon dan Ekonomi Hijau pada 11 Oktober 2018 lalu di Bali, Pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk mengarusutamakan pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau. Kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebagai Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018, menegaskan kembali persoalan alam yang dihadapi. Di sana mereka membicarakan tentang pembangunan ekonomi hijau, penerapan model bisnis yang mengedepankan pembangunan inklusif, pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), juga untuk memastikan pengelolaan dan restorasi sumber daya alam, yang mendasari pembangunan ekonomi berkelanjutan. Acara yang melibatkan GGGI, Unit Perubahan Iklim Kerajaan Inggris (UKCCU), Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), New Climate Economy (NCE) dan World Resources Institute (WRI) menekankan penggunaan energi dan lahan, yang menghasilkan 80 persen dari GHG Indonesia.
Podomoro Park Sebagai Jawaban Atas Konsep Green Economy
Podomoro Park Bandung merupakan proyek masterpiece terbaru Agung Podomoro Land yang terletak di tengah keindahan Bandung Selatan. Podomoro Park Bandung mengutamakan keselarasan dengan alam. Podomoro Park menghadirkan hunian ideal yang dapat meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. Kawasan ini mengusung lima elemen utama yang menjadi jawaban bagi kebutuhan hunian ideal masa kini. Sentuhan lima elemen alam ini sebagai entitas utuh untuk menghadirkan kehidupan sehari-hari yang harmonis berpadu dengan keindahan alam.
Udara segar merupakan salah satu kebutuhan biologis manusia yang sangat penting. Seluruh proses pernafasan manusia membutuhkan udara yang segar. Podomoro Park Bandung menyediakan sumber kebutuhan penting biologis ini. Udara segar dan sejuk ini berasal dari hembusan wind tunnel pegunungan Bandung Selatan.
Manusia juga membutuhkan kehidupan yang rekreatif. Salah satu hal yang rekreatif manusia adalah melihat pemandangan yang indah. Pemandangan indah ini akan kembali merefresh pikiran yang telah jenuh dengan berbagai aktivitas. Podomoro Park Bandung menyediakan pemandangan barisan pegunungan Bandung Selatan yaitu gunung Malabar dan Patuha yang keindahannya terlihat jelas dari dalam kawasan Podomoro Park.
Lingkungan hidup yang hijau membuat manusia lebih semangat karena akan mengurangi gerah dan panas. Orang akan beraktivitas dengan bebas. Podomoro Park menyediakan area terbuka hijau sebagai bentuk dedikasi terhadap lingkungan, sehingga menjadikan lingkungan menjadi benar-benar sejuk.
Danau ini akan menjadi center of attraction dalam kawasan, serta menjadikan Podomoro Park satu-satunya kawasan hunian resort terbaik di Bandung yang memiliki danau yang dapat diakses oleh para penghuninya. Hal ini bisa menjadi tempat rekreasi menarik bagi penghuni di sana.
Udara yang segar selalu berasal dari pepohonan yang rindang. Dengan banyaknya pohon akan membuat lingkungan hidup terasa segar dan sejuk. Hal ini membuat pasokan oksigen akan tetap ada dan mengurangi polusi udara.
Selain menghadirkan keadaan alam yang sangat mendukung kesehatan, Podomoro Park juga menyediakan berbagai fasilitas mewah yang sangat menunjang kehidupan. Selain fasilitas itu, ada juga sistem keamanan yang dikelola dengan sangat professional. Meski memiliki fasilitas mewah, Podomoro Park sangat ramah akan lingkungan. Podomoro Park menjadi jawaban atas konsep green economy atau ekonomi hijau yang dibuat oleh PBB dan didukung oleh pemerintah Indonesia.
Konsep Podomoro Park yang sangat ramah akan lingkungan membuat kita yakin bahwa Podomoro Park tidak turut merusak lapisan rumah kaca. Selain itu penghuni disana akan hidup sehat dan terlidungi dari polusi. Lebih jauh dari itu, kita akan yakin dan percaya diri bahwa generasi sekarang dapat mewariskan dunia yang layak bagi generasi berikutnya. Meskipun kita membangun bangunan mewah dan modern namun harus tetap menjaga dan melindungi alam.