Sejak akhir tahun 2017, pemerintah pusat memproyeksikan konsep pengembangan Jakarta-Bandung menjadi sebuah megapolitan. Konsep yang tertuang dalam Dokumen Visi Indonesia 2045 itu merupakan bagian dari upaya pemerintah mengembangkan kantong-kantong pertumbuhan ekonomi baru dan mengantisipasi urbanisasi di Pulau Jawa.
Pemerintah memprediksi pertumbuhan megapolitan mengarah Timur-Selatan menuju Tenggara. Akibatnya, megapolitan Jakarta dan Bandung akan menyatu yakni Jakarta-Bandung Megapolitan Urban Area.
Salah satu wilayah yang akan masuk dalam megapolitan urban area adalah Bandung Selatan. Daerah ini sangat strategis lantaran dilintasi Tol Padaleunyi, Tol Soroja, juga rencana pembangunan jalur kereta cepat maupun elevated tol road.
Kepala Bidang Fisik Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jawa Barat, Slamet Mulyanto mengatakan, tak heran jika posisinya yang strategis membuat investasi di Bandung Selatan meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah industri tumbuh di daerah ini sebagai penyokong utama pariwisata antara lain tekstil, properti dan jasa sehingga menyebabkan Bandung Selatan semakin padat.
"Salah satu indikasi Bandung Selatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi terlihat dari banyaknya investor yang menanamkan modalnya di daerah ini. Bahkan secara kasat mata, pertumbuhan ekonomi terlihat dari semakin tingginya volume kendaraan di kawasan itu," ujarnya dalam Forum Diskusi "Solusi Kemacetan, Sebagai Antisipasi Pertumbuhan Ekonomi dan Kota ke Bandung Selatan" di Hotel Harris Bandung, Jalan Peta, Sabtu (23/6/2016).
Slamet mengatakan, keberadaan Tol Soroja yang diresmikan akhir tahun lalu dapat meringkas jarak tempuh Bandung Selatan dengan daerah sekitarnya. Sementara infrastruktur transportasi lain yang sedang disiapkan adalah LRT Bandung Raya.
LRT Bandung Raya ini pun akan terintergarasi ke dalam 3 koridor yang mengarah ke wilayah Bandung Selatan. Ada pula transportasi umum metro kapsul Kota Bandung yang telah dicanangkan pemerintah pada bulan Februari 2018 lalu, dan pembangunan jalur kereta api Ciwidey-Rancabuaya.
"Secara umum pengembangan infrastruktur dan sarana transportasi di wilayah Bandung Selatan akan ditingkatkan mengingat potensi pertumbuhan ekonomi kawasan yang sangat tinggi," katanya.
Sementara itu, Praktisi Transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Ade Sjafruddin menambahkan, peningkatan sistem transportasi Bandung Selatan perlu ditempatkan pada kerangka integrasi pengembangan sistem transportasi berkelanjutan secara menyeluruh.
"Langkah-langkah pembangunan sistem transportasi berkelanjutan perlu diwujudkan dengan penyusunan kebijakan yang tepat dari isi regulasi, standar operasi, pemilihan teknologi yang efisien dan peningkatan persepsi dan partisipasi publik melalui kerangkan perencanaan terpadu," jelasnya.
Ade mendorong pemerintah untuk mengintegrasikan sarana angkutan umum seperti yang tertera pada pengembangan jaringan trasnportasi di metropolitan Bandung. "Yang tak kalah pentingnya adalah operasionalisasi transportasi harus disesuaikan dengan paradigma abad 21, yakni melalui pemanfaatan teknologi," ucapnya.
Tak hanya itu, menurutnya, transportasi massal berbasis rel dinilai lebih baik karena dapat menampung jumlah penumpang lebih banyak sehingga dapat menjadi tulang punggung transportasi. Melihat dari kondisi wilayah, ia pun menilai, adanya disparitas antara kawasan utara dan selatan.
"Kawasan selatan memiliki potensi berkembang lebih luas karena wilayah utara terbatas dengan adanya hutan lindung dan area konservasi, sedangkan lahan di wilayah selatan relatif lebih stabil," tuturnya.
Asistant Vice President Agung Podomoro Land, Agung Wirajaya menyambut baik rencana pemerintah daerah mengatasi berbagai persoalan di Bandung Selatan. Menurutnya perbaikan infrastruktur dan kemudahan regulasi telah menarik banyak kalangan dunia usaha menanamkan investasi di daerah itu.
"Sebagai pelaku usaha, kami mengapresiasi kebijakan pemerintah daerah yang dapat mendorong iklim usaha lebih baik," katanya.